MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS ANEKDOT
DENGAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR
Oleh : Alip Putu Sunu Bagus Prakosa, S.Pd.
SMA Negeri 1 Bojong merupakan salah satu SMA yang terletak paling ujung selatan di Kabupaten Tegal dengan tingkat latar belakang siswa yang berbeda-beda. Kondisi yang terjadi pada tempat saya mengajar di SMA Negeri 1 Bojong, peserta didik sering melakukan kesalahan pada pembelajaran materi menulis, khususnya menulis teks anekdot. Pada pembelajaran menulis, sering kali peserta didik kurang dalam penulisan kata baku, penulisan huruf kapital dan tanda baca. Masalah yang saya temui di SMA Negeri 1 Bojong adalah penyusunan perangkat pembelajaran yang terdiri atas Modul ajar, bahan ajar, asesmen, media pembelajaran, dan LKPD yang belum sesuai kebutuhan pembelajaran. Modul ajar belum sesuai dengan kebutuhan siswa yang beda karakter. Masih menggunakan LKPD manual dari buku tulis peserta didik. Asesemen yang digunakan dalam penilaian belum sesuai acuan yang benar. Media pembelajaran yang digunakan kurang inovatif, sehingga minat peserta didik dalam pembelajaran kurang tertarik dan cenderung kurang paham dengan pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Pembelajaran belum keseluruhan menggunkan soal berbasis HOTS untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai suatu materi dalam pembelajaran. Rencana yang akan dilakukan antara lain: (1) Pendidik membuat rencana pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. (2) Pendidik menerapkan model pembelajaran dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. (3) Pendidik membuat media inovatif yang menarik dalam pembelajaran untuk meningkatkan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran. (4) Pendidik mengikuti pelatihan mengenai penyusunan rencana pembelajaran yang sesuai. (5) Pendidik bersama peserta didik melakukan diskusi, bimbingan, arahan dan dilatih dengan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar serta kesalahan peserta didik yang kurang mampu berpikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan. Arsyad (2013: 10) menyampaikan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaiakan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat peserta didik dalam belajar. Menurut Arends (2008) PBL adalah pembelajaran yang memiliki esensi berupa penyuguhan berbagai bermasalah yang autentik dan bermakna kepada peserta didik, yang dapat berfungsi sebagai sarana untuk melakukan investigasi dan penyelidikan. Di awal pembelajaran peserta didik diberi permasalahan terlebih dahulu selanjutnya masalah tersebut diinvestigasi dan dianalisis untuk dicari solusinya. Jadi, peran guru dalam pembelajaran adalah memberikan berbagai masalah, pertanyaan, dan memberikan fasilitas terhadap penyelidikan peserta didik. PPL merupakan kegiatan yang penting dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab praktik kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan yang telah ditemukan. Melalui PPL, pendidik bisa praktik secara langsung dengan model pembelajaran yang telah ditentukan. Apakah model pembelajaran yang ditentukan sudah bisa tercapai atau belum. Kemudian bisa melihat kekurangan dan kelebihan pada model pembelajaran yang ditentukan.
Perangkat pembelajaran yang terdiri atas Modul ajar, bahan ajar, asesmen, media pembelajaran, dan LKPD yang belum sesuai kebutuhan pembelajaran. Tantangan yang ditemukan adalah menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan evaluasi dalam pembelajaran untuk mengetahui pemahaman materi peserta didik. Digunakan aplikasi quiziz atau google form karena aplikasi ini dirasa menarik untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentang materi pembelajaran. Pada aplikasi ini, peserta didik memahami materi melalui PPT Canva yang dikirim via WA kelas agar siswa tertarik karena dirasa penyampaian materi yang dilakukan oleh pendidik kurang menarik. Berdasarkan hal tersebut, pendidik diharapkan membuat media pembelajaran yang menarik seperti power point (aplikasi canva). Pada kegiatan ini yang terlibat adalah pendidik. Pendidik menciptakan media yang menarik, sehingga peserta didik antusias dalam mengikuti pembelajaran yang diterapkan. Pendidik belum menerapkan pembelajaran berbasis HOTS. Tantangannya adalah bagaimana cara pendidik memberikan motivasi ke peserta didik dalam menstimulasi untuk lebih berfikir tingkat tinggi dan memberikan bentuk soal yang memantik peserta didik untuk berpikir kritis. Penerapan ini yang terlibat yaitu pendidik dan objek yang dituju yaitu peserta didik. Tantangan dalam penerapan model pembelajaran PBL adalah peserta didik dituntut untuk mempresentasikan hasil sehingga membutuhkan waktu yang lama. Untuk mengatasi hal tersebut tentunya pendidik memerlukan perencanaan yang matang dan fleksibel mulai dari mempersiapkan modul ajar, bahan ajar, assesmen media dan LKPD. Selain itu, membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai sebagai penunjang kegiatan pembelajaran serta keterlibatan pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menyelesaikan tantangan yang sudah ditemukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL. Langkah-langkah yang dilakukan dalam aksi tersebut yaitu dimulai dari saya memilih model pembelajaran tersebut dikarenakan model pembelajaran ini cocok untuk permasalahan yang dihadapi. Jadi, peserta didik diberikan masalah supaya mereka dapat mengasah kemampuan berpikirnya. Saya menerapkan model pembelajaran yang sama di Siklus 1 aksi 1 dan 2. Proses yang saya lakukan dimulai dari pembuka yang terdiri dari salam, doa, absensi, apersepsi, motivasi dan menjelaskan tujuan dari pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengawali pertemuan dan memantik peserta didik dalam proses pembelajaran. Selanjutnya melakukan inti, inti terdiri dari beberapa sintak sesuai dengan model pembelajaran, ini dilaksanakan harus sesuai dengan urutan sintaknya. Dalam hal ini PBL yang terdiri dari sintak: (1) Orientasi siswa pada masalah (2) Pengorganisasi siswa untuk belajar (3) Pembimbingan penyelidikan individual/kelompok (4) Pengembangan dan penyajian hasil karya (5) Penganalisisan dan pengevaluasian proses pemecahan masalah Pada kegiatan akhir dilakukan penutup yang terdiri dari Refleksi, kemudian menyimpulkan dari pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dan dikuatkan oleh pendidik, menjelaskan pertemuan berikutnya, dan memberikan RTL (Rencana Tindak Lanjut), dan diakhiri dengan doa. Metode pendekatan berbasis HOTS, di sini peserta didik distimulasi untuk berpikir tingkat tinggi yang tidak hanya berpusat pada pendidik tetapi beralih berpusat pada peserta didik. Di mana peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat pendidik menjelaskan peserta didik juga diajak atau dipantik supaya mereka lebih aktif. Jadi pendidik tidak hanya menjelaskan secara monoton. Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu dilakukan mengerjakan kuis melalui aplikasi google form/quiziz yang diberikan oleh pendidik.
Dampak dari aksi-aksi yang telah dilakukan adalah permasalahan peserta didik dalam pembelajaran yaitu banyak terdapat kesalahan tanda baca, kata baku dan penulisan huruf kapital dalam penulisan teks anekdot dapat teratasi melalui motode pembelajaran berbasis masalah. Melalui pemahaman materi yang dikemas bentuk game (quiziz), peserta didik dengan mudah memahami materi pembelajaran. Hal ini terlihat dari antusias dan hasil pekerjaan peserta didik baik dalam pembelajaran. Peserta didik mampu membedakan kata baku, tanda baca dan ejaan yang benar untuk diterapkan dalam kegiatan menulis teks anekdot. Strategi yang menjadi faktor keberhasilan keberhasilan dalam pelaksanaan ini yaitu pemilihan model pembelajaran yang tepat yaitu PBL, strategi pendekatan secara HOTS dan metode pembelajaran yang sesuai yaitu demonstrasi, Tanya jawab, diskusi, pengamatan dan penugasan. Hal ini dapat menstimulasi peserta didik untuk lebih aktif dan berpikir tingkat tinggi. Peserta didik mampu menyekesaikan masalah yang dihadapi. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan Teori konstruktivisme. Teori ini secara umum merupakan proses membangun pengetahuan dimana pembelajaran menuntut peserta didik menjadi lebih aktif dalam kegiatan, aktif belajar, merumuskan konsep dan memberi pemaknaan terkait hal-hal yang dipelajari. Teori konstruktivisme menekankan peserta didik harus menemukan dan mengubah informasi yang kompleks, mencocokan informasi baru dengan aturan lama, dan memperbaiki ketika aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Udin dalam (Saputro & Pakpahan, 2021) mengatakan bahwa terdapat dua model pembelajaran yang sesuai dengan teori konstruktivisme, salah satu diantaranya adalah Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang diawali dengan penyajian permasalahan nyata yang berkaitan dengan materi. Selain itu, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berasal dari pemahaman siswa tentang suatu masalah, menemukan alternatif solusi atas masalah kemudian memilih solusi yang tepat untuk digunakan dalam memecahkan masalah. Dampak dari aksi dan langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada kegiatan PPL yaitu dengan model PBL menggunakan media gambar karikatur peserta didik mengalami perubahan cara belajar, mereka lebih bersemangat, aktif dan percaya diri.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia teks anekdot dengan metode PBL (Problem Based Learning) berbantuan dengan menggunakan media gambar karikatur dapat meningkatkan kemampuan siswa terutama siswa kelas X Sma Negeri 1 Bojong. Dengan menggunakan metode dan model pembelajaran yang inovatif dan variatif ada peningkatan terhadap peserta didik terutama ketika mengikuti proses pembelajaran. Peserta didik lebih semangat, aktif, dan percaya diri dalam berdiskusi serta mendemontrasikan teks anekdot di depan baik kelompok atau individu peserta didik.